Indonesia terkenal dengan keberagaman budaya, suku, ras, dan agamanya, dan rumah adat merupakan salah satunya. Selain sebagai tempat untuk berteduh dan tempat tinggal, rumah adat juga menjadi bentuk peninggalan nenek moyang yang harus tetap dilestarikan. Setiap rumah adat mempunyai keunikannya masing-masing, termasuk rumah adat Aceh.
Gambar rumah adat Aceh krong bade sangat menarik dalam segi bentuk dan karakteristiknya. Krong bade adalah nama rumah adat Aceh yang merupakan salah satu warisan budaya kebanggaan masyarakat Aceh.
Dikutip melalui buku rumah adat di Indonesia (2010) tulisan D.C Tyas, Rumah krong bade aceh memilki lebar yang luas dan memanjang. Pada umumnya memilki tinggi sekitar 2,5 sampai 3 meter.
Filosofi Rumah Tradisional Aceh Krong Bade
Rumah adat Aceh adalah rumah tradisional yang kontruksi rumahnya mengikuti adat dari leluhur mereka. Struktur rumah adat Aceh ini juga sangat unik sehingga banyak wisatawan yang mengabadikan dengan foto bersama rumah ini.
Tak hanya struktur dan bagian ruangan yang menjadi keunikan rumah adat Aceh ini. Terdapat filosofi yang menguatkan sejarah berdirinya rumah tradisional ini. Sejarah yang dahulunya di bangun oleh nenek moyang mereka yang berasal dari arab dan india yang menganut kepercayaan islam.
Baca Juga :
- Rumah Adat Sulawesi Tenggara & Hasil Tenun Ikat Terbaik
- Rumah Adat Sulawesi Selatan Lengkap Dengan Filosofi dan Penjelasan
Berikut Adalah Filosofi Dari Struktur Rumah Adat Aceh Krong Bade Berdasarkan Warna :
Seperi disinggung pada gambar rumah adat Aceh di atas, salah satu keunikan rumah adat Aceh yang satu ini ialah terdapat pada warnanya. Berikut merupakan hal yang menarik untuk disimak yakni mengenai filosofi warna dari rumah adat yang satu ini.
Tidak beda dari rumah adat yang lainnya seperti rumah adat Jawa Timur dan rumah adat Bali, Rumah adat Aceh juga dicat dengan warna-warna yang khas. Tiap warna yang digunakan memilki makna tersendiri bagi masyarakat Aceh. Berikut beberapa pilihan warna rumah adat Aceh beserta makana filosofinya yang perlu kita ketahui:
1. Kuning
Warna kuning ini terdapat pada bagian sisi segitiga perabung. Warna kuning dipakai karena menurut masyarakat setempat dikenal dengan sifat yang hangat, harmonis, dan bisa memberikan nuansa yang senang dan tentram.
2. Merah
Warna merah dipakai untuk melengkapi garis ukiran rumah. Merah dianggap layaknya menggambarkan karakter emosi manusia yang berubah-ubah. Merah juga mewakili gairah, kuat, dan semangat. Artinya ialah emosional orang Aceh yang gampang naik turun dan juga menunjukkan semangat dan gairah dalam mengerjakan sesuatu.
3. Putih
Warna putih dipakai untuk menutup kekurangan ukiran rumah dengan nuansa yang lebih netral. Warna putih dilambangkan sebagai hal yang suci dan bersih. Pada bagian ukiran bercat putih juga diselingi dengan warna oranye yang mewakili kehangatan, kesehatan, dan kegembiraan.
4. Hijau
Selain putih warna hijau dipakai untuk motif ukiran pada Rumoh Aceh. Warna hijau mengisyaratkan karakter kesejukan dan ketentraman. Hijau juga melukiskan warna daun yang menyiratkan kesuburan tanah aceh.
Kontruksi Rumah Adat Krong Bade
Setiap struktur rumah adat Aceh biasanya terdapat sebuah rambat atau ruang utama. Jumlah ruang disesuaikan oleh tingkat kemampuan dan kebutuhan tiap masyarakat. Ada yang mempunyai tiga ruang dengan membutuhkan 16 tiang, ada juga yang mempunyai lima ruangan dengan 24 tiang yang dibutuhkan.
Keunikan rumah adat Aceh pada pintunya dibuat hanya dengan tinggi 120-150 centimeter (cm), sehingga ketika ada tamu yang datang dan ingin masuk kedalam harus sedikit menunduk. Hal itu merupakan bentuk untuk menghormati tuan rumah.
Begitu masuk ke dalam rumah krong bade, akan terlihat ruang yang lapang tanpa ada perabotan seperti kursi atau meja. Orang yang masuk kedalam akan duduk bersila dengan beralas tikar pandan. Rumah adat Aceh adalah tempat yang bukan hanya sekadar tempat hunian, tetapi juga ekspresi keyakinan masyarakat kepada Allah SWT dan adaptasi terhadap alam.
Tidak hanya itu, rumah krong bade juga mempunyai ukiran khas dan memiliki perpaduan warna gelap dan terang yang indah. Baik karakter ornament ataupun pilihan warna yang digunakan pada rumah adat ini memilki makna filosofis yang menarik untuk disimak.
Mengapa Struktur Rumah Adat Aceh Dibangun Model Panggung
Berbeda dengan rumah adat Papua dan rumah adat Jawa Barat yang bentuk rumahnya tidak di desain dengan model panggung.
Ada dua alasan mengapa rumah adat Aceh dibuat dengan bentuk panggung, hal ini juga salah satu keunikan rumah adat aceh yang menjadi adat turun temurun.
1. Untuk Tempat Istirahat
Kolong Rumah Aceh bisa dijadikan sebagai tempat beristirahat atau tempat menyimpan hasil tani, hasil tangkapan ikan, atau juga menyimpan alat-alat untuk menangkap ikan seperti jalan dan lainnya. Tidak hanya itu, kolong bawah rumah adat yang satu ini juga bisa dipakai anak-anak sebagai tempat bermain.
Selain itu kolong rumah adat Aceh ini juga digunakan sebagai tempat hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau, dan ayam juga termasuk hewan ternak yang paling umum dimiliki warga setempat.
2. Untuk Fungsi Penyelamatan
Alasan yang kedua mengapa gambar rumah adat Aceh di atas berbentuk panggung adalah untuk fungsi penyelamatan. Misalnya ketika diserang hewan buas, atau bencana alam seperti banjir yang bisa datang kapan saja saat musim hujan. Dengan begitu masyarakat Aceh dapat beristirahat dengan nyaman dari berbagai gangguan alam yang dapat datang menyerang.
Baca Juga :
- Rumah Adat Maluku yang Kental Dengan Filosofi
- Rumah Adat Jawa Tengah yang Belum Diketahui Banyak Orang
Bagian Ruang Rumoh Aceh
Rumah adat Aceh adalah rumah singgah yang menjadi tempat tinggal masyarakat setempat. Begitu juga dengan ruangan pada rumoh Aceh yang mempunyai fungsinya masing-masing
Berikut Ruangan-Ruangan yang Ada Di Rumoh Aceh :
- Ruang Depan
Dikutip dari situs Kementrian Pendidikan Kebudayaan (kemdikbud), ruang depan disebut juga seramoe keu (serambi depan).
Ruangan depan mempunyai fungsi sebagai ruang tamu lelaki, ruang belajar mengaji anak lelaki setiap siang dan sehabis sholat magrib, Selain itu saramoe keu juga digunakan sebagai tempat tidur tamu lelaki.
Jika ada acara layaknya upacara pernikahan atau pertemuan antar keluarga, ruangan ini berfungsi sebagai tempat jamuan makan bersama.
- Ruangan Tengah
Ruang tengah atau seuramoe teungoh adalah bagian inti dari rumoh Aceh. Ruang tengah berukuran sedikit lebih besar dari ruangan lainya.
Seuromoe teungoh biasa disebut juga rumoh inong (rumah induk) yang dianggap sebagai tempat suci karena sifatnya yang pribadi.
Pada seuromoe teungoh terdapat dua kamar yang berhadapan satu sama lain. Kedua kamar tersebut digunakan sebagai tempat tidur kepala keluarga, jika ada anak perempuan yang baru menikah akan menempati kamar ini dan kepala keluarga pindah ke anjong.
- Ruang Belakang
Ruang belakang juga disebut sebagai seramoe likoet (serambi belakang). Ruang belakang tidak mempunyai kamar, dan juga berfungsi sebagai ruang tamu perempuan.
Besar ukuran ruangan belakang ini persis seperti luas ruang depan. Ruang ini sering digunakan kaum hawa untuk belajar mengaji, keperluan pribadi, dan juga menjadi ruang tamu khusus untuk perempuan.
Komponen dan Bagian Bagian Rumah
Setelah membahas mengenai filosofi warna, berikutnya kita perlu tahu bahwa struktur rumah adat Aceh krong bade yang satu ini memiliki beberapa komponen penyusun. Setiap komponen penyusun memilki nama khas dan maknanya tersendiri yang sangat menarik.
Berikut Beberapa Komponen Rumah Tradisional Aceh dan Makna Filosofisnya :
- Tameh : Tameh adalah tiang yang dipakai untuk menyangga seluruh badan rumoh Aceh. Komponen ini berasal dari konteks peribahasa khas Aceh, “Kreuh beu beutoi kreuh, beulagee kreuh kayee jeut keu tameh rumoah. Leumoh beu beutoi leumoh, beulagee taloe seunikat bubong rumoh” (Jika keras, haruslah sekeras kayu tiang penyangga rumah. Jika lentur, mesti selentur tali pengikat atap rumah). Filosofi hidup orang Aceh mengenai hal ini adalah teguh pendirian, tetapi tetap berhati lembut.
- Tameh Raja : Tameh raja atau disebut juga tiang raja merupakan tiang utama sisi kanan yang juga merupakan pintu masuk kedalam rumah. Disebut demikian karena memiliki ukurannya yang cukup besar dibanding tiang penyusun yang biasa digunakan.
- Tameh Putroe : Tameh putroe atau tiang putri adalah tiang utama sisi kiri pintu masuk. Tiang putri adalah pasangan tiang raja yang berjumlah 2. Disebut demikian karena posisinya yang berdamping dengan tiang raja.
- Gaki tameh : Gaki tameh atau kaki tiang merupakan alas tiang penyangga yang biasa disusun dengan batu sungai. Alas tiang ini berfungsi sebagai penyangga tiang kayu agar masuk ke dalam rumah.
- Rok dan Thoi : Rok atau balok pengunci biasa digunakan untuk menguatkan hubungan antar ujung setiap balok atau biasa disebut kuncian dalam bahasa kontruksi rumah. Sedangkan thoi pengunci yang berdiri tegak lurus.
- Peulangan : Peulangan merupakan tempat bertumpu dinding dalam (interior)
- Kindang : Kindang merupakan tempat bertumpu dinding luar (eksterior)
- Aleu : Aleu atau biasa disebut dengan lantai terbuat dari bilah papan yang kecil yang berfungsi sebagai alas rumah panggung.
- Rante Aleue : Rante aleue merupakan pengikat lantai yang umumnya terbuat dari rotan atau tali ijuk.
- Lhue : Lhue merupakan balok rangka yang gunanya untuk menyangga lantai.
- Neudhuek lhue : Neudhuek lhue adalah tempat bertumpunya lhue
- Binteh : Atau juga disebut dinding
- Binteh cato : Dinding catur, salah satu bentuk rangkaian dinding.
- Boh pisang : Papan kecil yang berada diatas kindang.
- Tingkap : Tingkap adalah jendela, dan jendela rumah adat Aceh biasanya dibuat dengan ukuran yang kecil. Jendela utama ada pada sisi rumah.
- Rungka : Rungka adalah nama dari bahasa aceh yang berarti kerangka atap.
- Tuleueng rhueng : Atau biasa disebut balok wuwung, digunakan sebagai tempat bersandar kaso pad ujung atas. Balok ini dibuat menggunakan kayu ringan agar tidak memberatkan beban atap.
- Puteng tameh : Merupakan bagian ujung tiang yang dibentuk sebagai penyambung antar balok.
- Taloe pawai : Tali pengikat atap yang diikatkan pada ujung bui teungeut.
- Bui teungeut : Kayu yang sudah terpotong untuk penahan neudhuek gaseue.
- Tulak angen : Atau biasa disebut tulang angin, merupakan rongga tempat lewatnya angin pada dinding sisi rumah yang dibentuk segi tiga.
Baca Juga :
- Rumah Adat Sulawesi Barat dan Kreatifitas Dalam Tenun Ikat
- Rumah Adat Sulawesi Utara Lengkap Dengan Penjelasan Berbau Mistis
Fakta Unik Tentang Penghuni Krong Bade
Setelah membahas tentang makna filosofi dari warna serta elemen rumah adat Krong bade selanjutnya kita akan membahas keunikan pada rumah adat yang satu ini.
1. Dibangun Dengan Bahan-Bahan Dari Alam
Keunikan yang pertama adalah, Masyarakat Aceh tidak pernah memakai paku untuk menyambung tiang satu dan lainnya. Mereka mengikat kuat dengan rotan atau pasak. Walau demikian, rumah adat Aceh ini bisa kuat sampai 200 tahun.
Mengapa demikian, karena bangunan ini dibangun atas dasar kepercayaan yang dianut masyarakat dari zaman para leluhur, katanya rumah bukan cuma sekadar tempat tinggal, tetapi juga sebagai ungkapan keyakinan atas Sang Pencipta. Karena itulah bahan pembuatan rumah adat Aceh selalu memakai bahan-bahan dari alam.
2. Rumah yang Menghadap Ke Arah Kiblat
Masyarakat Aceh selalu ingat akan unsur agama islam dalam setiap pembangunan rumah. Hal itu dapat dilihat dari yang satu ini, yakni bagian depan rumah yang dibangun sengaja menghadap ke arah kiblat. Makna tersirat dari hal tersebut adalah masyarakat Aceh tidak pernah lupa akan kuasa Allah SWT yang Maha Pencipta.
3. Jumlah Anak Tangga Ganjil
Aceh memang masyhur sebagai salah satu provinsi yang mempunyai nilai keagamaan islam yang tinggi. Selain letak rumah yang sengaja dibangun mengarah ke kiblat, jumlah anak tangga juga diperhatikan dalam membangun rumah adat ini.
Setiap struktur rumah adat Aceh krong bade mempunyai anak tangga dengan jumlah yang ganjil. Hal ini merupakan kepercayaan umat islam, bahwa Allah mencintai hal-hal yang jumlahnya ganjil.
4. Rumah Tahan Gempa dan Banjir
Rumah adat Aceh adalah rumah yang terdapat komponen penyusun yang cukup kuat. Tidak heran jika keunikan rumah adat Aceh yang satu ini disebut sebagai rumah tahan gempa. Hal ini dikarenakan rumah adat Aceh darussalam dibangun memakai bahan-bahan alam yang ringan namun tetap kuat.
Salah satunya adalah daun rumbia yang digunakan sebagai asbes, karena daun ini semakin terkena sinar matahari semakin kering dan ringan.
Posisi tiang pada rumah adat Aceh juga tidak disusun terlalu rapat. Guna hal ini agar memberikan ruang bagi arus air untuk melewati bawah rumah dengan lebih bebas. Sehingga rumah adat ini aman dan terencana untuk menghadapi banjir.
Tarian Adat Aceh
Di banding dengan suku daerah lainya, masyarakat Aceh termasuk dalam kategori suku yang memiliki tarian bermacam macam. Tarian tarian tersebut diciptakan oleh masyarakat setempat mengingat wilayah Aceh yang terdapat banyak suku di dalamnya.
Berikut adalah nama tarian masyarakat Aceh :
- Tari Saman
- Tari Seudati
- Tari Tarek Pukat
- Tari Likok Pulo
- Tari Laweut
- Tari Ratoh Duek
- Tari Guel
- Tari Rapai Geleng
- Tari Didong
- Tari Bines
Dari sekian banyak tarian khas suku Aceh ini terdapat beberapa tarian yang banyak di kenal oleh warga lokal maupun internasional yaitu tari saman dan tari seudati.
Tari saman adalah tarian yang dilakukan secara berkelompok dengan minimal 30 orang penari. Tarian ini menggunakan kecepatan dan kekompakan dalam gerakan pada seluruh penari. Tarian ini di tampilkan pada acara adat maupun acara lainya dengan menggunakan pakaian adat Aceh.
Seluruh penari harus mengenakan pakaian adat Aceh dengan menyamakan warna, bentuk, serta aksesoris yang dipakai. Umumnya warna yang digunakan adalah warna kuning, hijau, merah,serta putih karena menyamakan dengan warna rumah adat aceh krong bade.